Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Dedolarization: Meningkatkan Efisiensi dalam Perdagangan Internasional

Dedolarization: Meningkatkan Efisiensi dalam Perdagangan Internasional

Dedolarization atau pengurangan ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat dalam perdagangan internasional dan pengurangan porsi dolar AS di cadangan devisa, telah menjadi fenomena ekonomi yang marak terjadi. Dedolarization dapat meningkatkan efisiensi dalam perdagangan internasional sekaligus menekan risiko fluktuasi nilai tukar. Banyak negara kini mulai menerapkan kebijakan penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan bilateral, termasuk Indonesia yang memulai langkah meninggalkan dependensi terhadap dolar AS dengan mengincarkan kerjasama melalui instrumen Local Currency Settlement (LCS) dan Local Currency Transaction (LCT).

Sejak 2018, Bank Indonesia sudah melakukan kerjasama dengan bank sentral Malaysia dan Thailand dalam kerangka LCS. Pada 2020, Indonesia mulai menjalin kerjasama serupa dengan Jepang dan pada 2021 dengan China. Implementasi pelaksanaan LCT pun semakin luas dengan hadirnya Korea Selatan yang menandatangani kesepakatan kerjasama penggunaan mata uang lokal masing-masing dalam transaksi perdagangan, investasi, serta sistem pembayaran pada awal Mei 2023.

Data terkini Bank Indonesia menunjukkan transaksi menggunakan mata uang lokal dalam instrumen LCT hingga Februari 2023 telah mencapai 957 juta dolar AS. Nilai transaksi LCT tersebut telah meningkat dua kali lipat dibandingkan dengan realisasi transaksi LCT pada 2022 yang sebesar 350 juta dolar AS. Selain itu, jumlah pelaku LCT juga meningkat bila dibandingkan tahun lalu. Pada 2022, Bank Indonesia mencatat jumlah pelaku LCT mencapai 1740 dan jumlahnya naik menjadi 2014 pelaku saat ini.

Dalam perdagangan internasional, sebelumnya transaksi dilakukan dengan menukarkan mata uang Rupiah ke dolar AS terlebih dahulu, dan kemudian ditukarkan lagi ke mata uang negara tujuan. Namun, dengan LCT, perdagangan internasional dan bilateral antara Indonesia dan negara lain dapat menggunakan mata uang lokal negara masing-masing, bahkan tidak hanya terbatas pada perdagangan ekspor dan impor, namun juga ke perdagangan individual di dalam ritel.

Langkah beberapa negara untuk melakukan dedolarisasi dinilai oleh sejumlah ekonomi sebagai langkah tepat untuk membentuk kekuatan ekonomi baru bagi Indonesia. Upaya dedolarisasi dengan menggunakan mata uang lokal sebagai alat transaksi dapat meningkatkan stabilitas rupiah dan bermuara pada lebih kuatnya otot rupiah, terutama di tengah tekanan global yang tak menentu. Selain itu, dedolarisasi dapat menciptakan hubungan dagang dengan negara mitra, khususnya tingkat ASEAN, menjadi lebih erat, sebab ketika ekonomi domestik AS terguncang, pengalihan minat ekspor dan impor ke negara ASEAN akan semakin besar.

Dalam rangka mendukung dedolarisasi, Bank Indonesia perlu memperkuat pengawasan, konsistensi keDalam jangka panjang, kebijakan dedolarisasi ini diharapkan dapat meningkatkan keberlanjutan ekonomi Indonesia. Dengan mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing, khususnya dolar Amerika Serikat, Indonesia dapat memperkuat kedaulatan ekonominya dan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar yang dapat mengganggu stabilitas ekonomi.

Namun, upaya dedolarisasi juga membutuhkan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pelaku usaha, regulator, dan masyarakat. Pelaku usaha diharapkan dapat memperkuat daya saing dengan meningkatkan efisiensi dan inovasi produk agar dapat bersaing di pasar internasional yang semakin terbuka. Regulator juga perlu terus memperkuat infrastruktur dan kebijakan yang mendukung implementasi dedolarisasi, serta meningkatkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar dapat memahami manfaat dan cara mengimplementasikan dedolarisasi.

Dalam konteks globalisasi dan perdagangan internasional yang semakin kompleks, dedolarisasi menjadi strategi penting bagi negara-negara yang ingin memperkuat kedaulatan ekonominya dan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar. Indonesia sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara memiliki potensi yang besar untuk menerapkan kebijakan dedolarisasi dan memperkuat kedaulatan ekonominya. Dengan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak, upaya dedolarisasi dapat menjadi langkah yang strategis untuk membangun kekuatan ekonomi baru bagi Indonesia.

Muhamad Aksa
Muhamad Aksa Halo, saya seorang blogger yang senang dengan dunia teknologi. Saya tertarik dengan perkembangan teknologi terbaru dan cara pengaruhnya terhadap kehidupan kita, baik secara positif maupun negatif.